Dampak Teknologi Komunikasi pada Gaya Hidup (9)


Setiap media pasti memiliki audiens khusus berdasarkan kondisi dan iklim yang ada atau mengingat posisinya di tengah masyarakat.  Salah satu audiens media yang patut mendapat perhatian serius adalah anak-anak. Kini kelompok audiens ini terancam dunia cyber. Internet selain bermanfaat, namun juga memiliki sisi negatif  dan merusak, khususnya bagi anak-anak. 

Berdasarkan data yang ada, mayoritas orang tua tidak mengawasi aktivitas anak-anaknya yang terjebak di dunia maya. Orang tua juga terkadang tidak menganggap serius masalah ini. Parahnya lagi sejumlah keluarga tidak mengenal sama sekali teknologi modern ini serta tidak ingin mengawasi anak-anaknya saat menggunakan internet. Di sinilah, peran kedua orang tua semakin pudar.

Ketika perubahan generasi teknologi dibarengi dengan perubahan generasi manusia, secara umum semakin kentara jika generasi baru lebih condong terhadap teknologi modern ketimbang generasi lama. Hasil awal dari kontradiksi ini adalah jurang pemisah antar generasi dan ragamnya pola konsumsi media. Pada akhirnya kondisi ini akan menghasilkan perubahan posisi anak dan kedua orang tua atau pendidik dan anak didik. 

Hal ini disebabkan kedua orang tua tidak memiliki kemampuan serta informasi yang lebih banyak ketimbang anak-anaknya terkait teknologi baru. Padahal seorang pendidik harus memiliki kapasitas dan pengetahuan yang lebih besar ketimbang anak didiknya. Dalam kondisi ini yang terjadi adalah sebaliknya, sang anak akan menjadi pendidik bagi dirinya sendiri dan akan berbangga di depan kedua orang tuanya.

Sementara itu, yang akan terjadi adalah orang tua dalam pandangan anak dihukumi sebagai orang yang bodoh, tidak memiliki pengetahuan yang luas serta tidak efektif. Posisi unggul anak akan merusak kehormatan serta hubungan kekeluargaan. Di sinilah peran pengawasan, dukungan dan arahan keluarga dipastikan gagalnya. Mayoritas anak menilai internet sebagai sarana hiburan. Oleh karena itu, ancaman yang mengarah pada anak semakin besar, karena mereka tidak menyadari apa yang sebenarnya mereka inginkan dan akan dibawa ke mana mereka oleh teknologi ini. Salah satu aib besar internet adalah menyodorkan informasi baik dan buruk secara berbarengan.

Seiring dengan merembetnya internet ke rumah-rumah, pendidikan oleh media akan menggantikan iklim pendidikan keluarga. Sarana jejaring sosial mengalami pertumbuhan yang sangat pesat dan tidak ada batasan waktu serta tempat. Sarana ini tidak memiliki penghalang yang mencegah lajunya. Keluarga sendiri tidak mampu mencegah anaknya untuk mengakses ilmu dan pengetahuan canggih dan tidak pula mampu memenjarakan anaknya sehingga tidak akan terkontaminasi oleh internet. Sementara pemanfaatan tak tepat teknologi infromasi di keluarga akan menimbulkan kendala dan mempengaruhi hubungan antara orang tua serta anak.

Menurut para pakar psikolog, faktor kecenderungan anak ke arah internet  adalah daya tarik besar internet, upaya untuk memenuhi waktu luang, lari dari diri sendiri dan kegagalan hidup, tidak adanya pemupukan indentitas yang benar serta rusaknya hubungan antara kedua orang tua dan anak. Sementara pakar sosiologi meyakini maraknya media telah menerbitkan beragam penyakit mental baru serta meningkatnya keserasian dengan budaya global. Di antara kendala utama kemajuan teknologi komunikasi adalah ancaman budaya dan sosial.

Masuknya jejaring sosial dan dunia maya ke rumah sama halnya dengan masuknya orang asing! Sarana komunikasi ini jika dimanfaatkan tidak pada tempatnya akan merebut peluang interaksi sesama anggota keluarga serta mengarahkan iklim keluarga ke arah individualisme. Di sisi lain, akan mendorong seseorang untuk bersikap pasif dan hanya menerima serta membuat mereka tidak memiliki kekuatan untuk memilih, menganalisa serta berpikir. Hal ini semakin tampak pada anak-anak dan remaja.

Namun baik disukai atau tidak, teknologi merupakan bagian dari kehidupan modern. Dewasa ini anak-anak berlomba-lomba memasuki dunia maya. Oleh karena itu, di samping keunggulan teknologi ini, pastinya dibarengi dengan dampak negatif bagi pengguna usia dini tersebut. Saat ini, orang tua dan anak-anak menghabiskan sebagian besar waktunya dengan teknologi digital dan dalam kondisi seperti ini wajar jika interaksi antara orang tua dan anak serta anak-anak dengan sesamanya akan berkurang. Selain itu, hubungan kekerabatan pun semakin terbatas. Internet dan media digital membuat nilai-nilai individualisme di masyarakat mengalahkan nilai sosial.

Saat ini mayoritas penemuan, pengetahuan, informasi dan bahkan kehidupan anak-anak dimonopoli oleh media modern. Bahkan identitas pribadi, kelompok, persabahatan, pendidikan dan keluarga terkumpul dalam dunia maya. Dalam kondisi seperti ini, media memainkan peran sebagai pendidik yang berpengaruh dalam kehidupan anak serta memaksakan kepada mereka nilai-nilai baik langsung maupun tidak kepada anak-anak.

Kendala akan semakin penting di masa mendatang dan dengan munculnya web 4 di mana kekuatan filter bagi melalui perangkat keras atau lunak tidak lagi berfungsi. Bahkan pemerintah atau keluarga tidak lagi memiliki kemampuan untuk memonitoring penggunaan media oleh anak-anak. Saat itulah arti pendidikan akan bergeser pada pendidikan oleh diri sendiri dan anak-anak dihadapkan pada nilai-nilai baik dan buruk di dunia maya yang mungkin berbeda dengan nilai-nilai kemanusiaan serta moral yang ada di tengah masyarakat.

Anak-anak kita mengalami kebingungan dan kontradiksi budaya akibat pemanfaatan yang salah sarana teknologi khususnya internet. Daya rusak media modern di antaranya adalah orang akan cepat marah, kesulitan dalam belajar, krisis identitas dan daya hayal yang tinggi. Psikolog di televisi ABC News sesuai dengan pengalamannya dalam menangani anak-anak meyakini bahwa anak laki-laki yang terbiasa dengan gambar-gambar kekerasan serta porno memiliki kecenderungan dan motif tidak etis ketimbang anak perempuan. Namun demikian anak perempuan yang mengakses gambar-gambar tersebut juga menunjukkan indikasi yang serupa dengan anak laki-laki.

Orang tua harus belajar dalam masalah ini serta melakukan konsultasi dengan pakar sehingga mereka memiliki kemampuan untuk memilah manfaat serta dampak negatif media ini serta dapat mengarahkan anak-anaknya. Dalam hal ini sangat penting bagi orang tua untuk mengupgrade skill dan informasinya, jika tidak nasehat yang mereka berikan tidak akan diterima oleh sang anak.

Keluarga harus menyadari bahwa media sosial dewasa ini memainkan peran unggul dari sekedar sarana hiburan. Sejatinya sarana ini berubah menjadi alat untuk membentuk budaya dan kekuatan dunia berusaha memanfaatkan sarana ini untuk memaksakan pengaruh budaya mereka ke seluruh masyarakat internasional. Oleh karena itu, pendidikan dan meningkatkan pengetahuan orang tua sudah menjadi keharusan abad modern.

Misalnya anak usia 7-8 tahun cenderung melakukan hal-hal yang dilarang. Ketika mereka online dan berpetualang di situs internet yang dilarang, atau mungkin saja mereka berkomunikasi melalui jejaring sosial dengan orang yang berbahaya. Untuk usia ini, lebih baik orang tua menetapkan peraturan penggunaan internet serta mengenalkan kepada anaknya situs mana yang boleh mereka akses. Orang tua harus berbicara kepada anak-anaknya tentang laman internet yang berbahaya, karena anak dengan mudah terjebak ke situs-situs porno.

Untuk usia 9-12 tahun, anak-anak lebih aktif mencari tahu tentang gender mereka dan perbedaan fisik dengan lawan jenisnya, serta cenderung mengkonsumsi situs porno. Oleh karena itu, orang tua harus memberikan sarana hiburan yang bermanfaat kepada mereka sehingga anak-anak disibukkan dengan aktivitas yang bermanfaat. Di sisi lain, orang tua harus berusaha mempertebal sisi spiritualitas dalam diri anak sehingga mereka tidak akan terjerumus ke arah situs porno dan komunikasi yang tidak bermanfaat.

Sumber : (IRIB Indonesia)
Share on Google Plus

About Unknown

0 komentar:

Posting Komentar